Selasa, 03 September 2013

Reuni = SHOW OF FORCE?

SHOW OF FORCE 'REUNI'

Musim Liburan hari raya mulai datang. Banyak instansi baik pemerintah ataupun swasta meliburkan pegawai atau pekerjanya. Banyak agenda yang direncanakan oleh banyak orang dalam menghadapi dan mengisi liburan hari raya ini. Mulai dari urusan hiruk pikuknya mudik ke kampung halaman, urusan baju baru, kue kering, asesoris pakaian, renovasi rumah hingga pernak perniknya. Liburan hari raya ini mendorong masyarakat untuk ‘mengharuskan’ kegiatan tersebut di atas, hingga uang THR langsung libas dalam hitungan menit bahkan detik, sampai-sampai tabunganpun ikut ‘mensubsidi’ pagelaran dunia itu. Itulah realita masyarakat kita. Terkadang terheran heran ketika melihat pasar tradisional, mall mall, pertokoan ramai sesak oleh pembeli ketika mendekati hari raya. Bahkan terkesan ‘yang tidak ada, diada-adakan dan yang sudah ada lebih diada-adakan’ sehingga orang jawa mengistilahkan ‘telasan’ atau dalam bahasa kita bisa dikatakan ‘habis-habisan’, ya… kalau dipikir kemungkinan juga habis-habisan betulan.
Nah, diatas tadi urusan dalam menghadapi hiruk pikuk liburan hari raya. Sekarang kita akan memperhatikan baner-baner di tengah jalan, pinggir-pinggir jalan kampung. Baner ‘REUNI’ banyak menghiasi jalan-jalan. Moment ini memang efektif diadakan ketika liburan hari raya karena hari liburnya hampir sama mulai pekerja swasta maupun pekerja pemerintah. Mulai dari reuni SD, SMP, SMA, perkumpulan remaja, club-club, kuliahan dan lain sebagainya, dari angkatan muda sampai dengan angkatan yang ‘tuwir-tuwir’ juga tidak mau kalah.
Hakekat reuni merupakan ajang silaturahmi antar teman, sahabat, keluarga demi terjalinnya kerukunan dan kebersahabatan sehingga ‘jiwa korsa’ tersebut seakan-akan tumbuh kembali dengan adanya ajang ini. Tujuan reuni sebenarnya sangatlah mulia karena mampu menyatukan teman ataupun keluarga yang ‘kepaten obor’ (terpisah) sehingga dapat terjalin kembali. Bahkan kalau reuni itu kita niati dengan bersilaturrahmi maka seperti kata pak ustadz bahwa silaturrahmi mampu menambah rezeki dan memperpanjang umur. Wahhh…. Keren bro!
Namun apabila kita mau memperhatikan lebih dalam kegiatan rata-rata reuni saat ini, maka akan terkesan pada sebuah tampilan peserta reuni yang cenderung “SHOW OF FORCE” mungkin hanya kegiatan kumpul-kumpul, makan-makan, SMP (Sesudah Makan, Pulang), NYANGLEH, (mare keNYANG, muLEH). Tidak ada kegiatan yang lebih berarti dan bermakna. Yang lebih miris lagi ketika memperhatikan mereka-mereka yang berkecukupan, yang dengan santainya membawa dan memperlihatkan perangkat gatgetnya serta kendaraannya dengan pakaian yang serba wah yang mampu tergigit jarinya bagi siapa-siapa yang melihatnya. Mungkin inilah salah satu penyebab mengapa reuni tidak mampu menyedot perhatian dari semua kalangan, bahkan yang datang dari tahun-ke tahun ya itu–itu saja sehingga tidak mampu menggapai dari kalangan bawah sampai atas. Apakah ini yang akan diperoleh dalam acaran reuni?
Ini sebuah tantangan bagi para panitia reuni. Apabila salah meletakkan konsep reuni, maka yang akan terjadi hanyalah kesan hubudunnya, ajang pamer, hibah, dan, bahkan malah menimbulkan sifat iri dengki dari anggotanya sendiri. Jangan sampai dengan adanya acara reuni ini malah akan menodai sucinya hari raya ini. Jangan sampai dengan acara reuni malah akan menambah dosa dan menghapuskan kata maaf yang baru saja terucap. Menurut saya Kemasan sebuah acara reuni harus mampu merangkul semua kalangan. Jangan hanya terpacu pada target perolehan peserta yang hadir. Mungkin saat ini mulailah dengan me-restrukturisasi acara reuni sehingga tujuan utama dari acara reuni mampu tergapai optimal. Ayo kita mulai memikirkan dan merealisasikan format acara reuni yang membawa manfaat berkah dan pahala bukan malah membawa dosa dan masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar